Senin, 24 Agustus 2009

Dhawuh Tuhan Yang Turun Kepada Kita


Sesudah saya melakukan perjalanan begitu lama dari memulai kehidupan sampai akhirnya menemui suatu hal yang di luar dugaan dan sangat luar biasa salah satu dhawuh alam yang di turunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh kehidupan yang ada di dunia ini baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata, anehnya lagi turun di orang Jawa yang menurut sebagian orang itu huruf jawa padahal itu adalah salah satu dhawuh Tuhan yang di turunkan kepada kehidupan semua ini, Serta mempunyai arti yang sangat dalam juga luar biasa adanya.

Dhawuh tersebut turun di jari tangan kanan kita dengan bunyi HA NA CA RA KA yang mempunyai arti HA NA: artinya : keadaan CA RA KA artinya : utusan . Jadi semua keadaan yang ada di Jagad Raya, Baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat itu adalah utusan Yang Maha Esa.

Dhawuh kedua turun di jari tangan kiri kita yang suratannya berbunyi DA TA SA WA LA. DA TA artinya : tidak SA WA LA artinya : Bergerak. Jadi kita semua titah tidak akan berdaya dengan Ginaris yang sudah di garisan oleh Yang Maha Esa.

Turun lagi di jemari kaki kanan kita yang berbunyi PA DA JA YA NYA Dhawuh tersebut mempunyai arti: PA DA artinya: sama JA YA NYA artinya: Kejayaan . jadi kita semua ini di beri Hak yang sama untuk mencari kepandaian,kekayaan dan kesaktian. Kepandaian non tehknis maupun tehknis bisa kita dapatkan asalkan kita mau berusaha, Oleh Yang Maha Esa kita di beri Hak mengenai asset kita maupun akses kita itu sama tidak ada yang berbeda tinggal kita mau yang memanfaatkan mana yang mau di ambil, untuk itu kita di perintah berusaha agar sesuai dengan keinginan kita apa yang di kehendaki.

Yang terakhir dhawuh tersebut turun di jemari kaki sebelah kiri yang berbunyi MA GA BA THA NGA . MA GA artinya magang, berani maju berkarya BA THA NGA artinya : Bathangan/teka teki. Jadi Hidup yang kita jalankan seperti orang yang sekolah , kita harus menyelesaikan pelajaran kehidupan ini, supaya mendapatkan nilai yang bagus.

Dari semua arti di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa setelah kita merasa di utus dan kita tidak berdaya dengan Kekuasaan Yang Maha Esa, kita harus sadar itu memang suratan dari Tuhan, Tapi dengan kita disuruh berusaha dan merubah segala sesuatunya , untuk itu kita juga di beri bekal yang sama dengan akses yang sama pula untuk menyelesaikan teka teki yang di turunkan kepada kita sehingga teka teki yang bisa kita selesaikan dengan benar kita dapat hadiah dan kemenangan, kita juga dapat menikmati hidup sesuai dengan yang di kehendaki Yang Maha Esa.

Ayo bersama menyelesaikan teka teki kita dengan benar dan tepat sehingga kita dapat menuju kesempurnaan yang sebenarnya, kita rubah bersama hingga berhasil, Ayooooooooooooo……

Senin, 10 Agustus 2009

Tahun 2015 Indonesia “Pecah”

Djuyoto Memprediksi Tahun 2015 Indonesia Pecah. Mungkinkah Indonesia benar-benar akan \’pecah\’ pada tahun 2015? Djuyoto Suntani, sang penulis buku, menyatakan dalam bukunya paling tidak ada tujuh faktor utama yang akan menyebabkan Indonesia \’pecah\’ menjadi 17 kepingan negeri-negeri kecil di tahun 2015. Kepingan negeri-negeri kecil itu sendiri menurutnya didirikan berdasarkan atas kepentingan primordial (kesamaan etnis), ikatan ekonomis (kepentingan bisnis), ikatan kultur (kesamaan budaya), ikatan ideologis (kepentingan politik), dan ikatan regilius (membangun negara berdasar agama).


Penyebab pertama adalah siklus tujuh abad atau 70 tahun. Seperti kita ketahui, semua yang terjadi di alam ini mengikuti suatu siklus tertentu. Eksistensi suatu bangsa dan negara juga termasuk dalam suatu siklus yang berjalan sesuai dengan ketentuan hukum alam. Dia mengambil contoh Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa pada abad 6-7 M di mana waktu itu rakyat di kawasan Nusantara bersatu di bawah kepemimpinannya. Memasuki usia ke-70 tahun kerajaan itu mulai buyar dan muncul banyak kerajaan kecil yang mandiri berdaulat. Alhasil, di awal abad ke-9 nama Kerajaan Sriwijaya hanya tinggal sejarah. Tujuh abad kemudian (abad 13-14 M) lahir Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur sekarang. Kerajaan besar itu berhasil menyatukan kembali penduduk Nusantara. Namun, kerajaan ini pun bernasib sama dengan Sriwijaya. Memasuki usia ke-70 pengaruhnya mulai hilang dan bermunculanlah kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Nama Majapahit pun hilang ditelan bumi. Tujuh abad pasca-jatuhnya Majapahit, di tahun 1945 (abad 20) rakyat Nusantara kembali bersatu dalam suatu ikatan negara bangsa bernama Republik Indonesia (abad 20-21). Tahun 2015 akan bertepatan RI merayakan HUT-nya yang ke-70. Selama ini saya selalu optimis, tapi melihat perkembangan di lapangan, apa yang terjadi pada sesama anak bangsa, sungguh mengenaskan. Irama perpolitikan nasional dewasa ini mengisyaratkan hitungan siklus bersatu dan bubar dalam tujuh abad, 70 tahun tampaknya kembali terulang. Berbagai fenomena alam yang menguat ke arah bukti kebenaran siklus sudah banyak kita saksikan. Pertengkaran sesama anak bangsa, terutama elite politik, tidak kunjung selesai, tulis Djuyoto.

Penyebab kedua, Indonesia telah kehilangan figur pemersatu bangsa. Setelah Ir Soekarno dan HM Soeharto, tidak ada tokoh nasional yang benar-benar bisa mempersatukan bangsa ini. Masing-masing anak bangsa selalu merasa paling hebat, paling mampu, paling pintar, dan paling benar sendiri. Para tokoh nasional yang memimpin negeri ini belum menunjukkan sebagai sosok negarawan karena dalam memimpin lebih mengutamakan kepentingan politik golongan/kelompok daripada kepentingan bangsa (rakyat) secara luas. Kehilangan figur tokoh pemersatu adalah ancaman paling signifikan yang membawa negeri ini ke jurang perpecahan, katanya tegas. Pertengkaran sesama anak bangsa yang sama-sama merasa jago dan hebat, masing-masing punya kendaraan partai, punya jaringan internasional, punya dana/uang mandiri, punya akses, merasa punya kemampuan jadi Presiden; merupakan penyebab ketiga Indonesia akan pecah berkeping-keping menjadi negara-negara kecil. Masing-masing tokoh ingin menjadi nomor satu di suatu negara. Fenomena ini sudah menguat sejak era reformasi yang dimulai dengan diterapkannya UU Otonomi Daerah.

Salah satu penyebab Indonesia akan pecah di tahun 2015 karena adanya konspirasi global. Ada grand strategy global untuk menghancurkan keutuhan Indonesia. Ada skenario tingkat tinggi yang ingin menghancurkan Indonesia atau bahkan menghilangkan nama Indonesia sebagai negara bangsa, tegasnya. Konspirasi global ini, Djuyoto Suntani melihat, terus bergerak dan bekerja secara cerdas dengan menggunakan kekuatan canggih melalui penetrasi budaya, penyesatan opini, arus investasi, berbagai tema kampanye indah seperti demokratisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, modernisasi, kebebasan pers, kemakmuran, kesejahteraan, sampai pada mimpi-mimpi indah lewat bisnis obat-obatan terlarang dengan segmen generasi muda.

Penyebab utama kelima Indonesia akan \’pecah\’ dalam penilaiannya adalah faktor nama. Apa yang salah dengan nama? Ternyata, nama Indonesia sesungguhnya berasal dari warisan kolonial Belanda yakni East-India atau India Timur alias Hindia Belanda. Kalangan tokoh politik Belanda tingkat atas malah sering menyebut Indonesia dengan singkatan: In-corporate Do/e-Netherland in-Asia atau kalau diartikan secara bebas nama Indonesia sama dengan singkatan Perusahaan Belanda yang berada di Asia. Pemberian nama Indonesia oleh Belanda memang memiliki agenda politik tersembunyi sebab Belanda tidak rela Indonesia menjadi bangsa dan negara yang besar. Nama orisinil kawasan negeri ini yang benar adalah Nusantara, yang berasal dari kata Bahasa Sansekerta Nusa (pulau) dan Antara. Artinya, negara yang terletak di antara pulau-pulau terbesar dan terbanyak di dunia sebab negara kita merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Bila para anak bangsa tahun 2015 mampu menyelamatkan keutuhan negeri ini sebagai satu bangsa, salah satu opsi adalah dengan penggantian nama dari Indonesia menjadi Nusantara. Nama Nusantara lebih relevan, orisinil, berasal dari jiwa bumi sendiri dan lebih membawa keberuntungan, pesan Djuyoto. Namun, karena perpecahan sudah di ujung tanduk, salah satu agenda dalam membangun komitmen baru sebagai bangsa dalam pandangannya adalah dengan cara (perlu direnungkan) mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara. Karena, nama memiliki arti serta memberi berkah tersendiri.

Tidak hanya nama Indonesia yang bisa menjadi penyebab negeri ini pecah, nama Jakarta pun ternyata ikut berpengaruh terhadap keutuhan republik ini. Nama Jakarta, Djuyoto mengungkapkan, memiliki konotasi negatif bagi sebagian besar masyarakat. Bila kita ingin menyelamatkan Indonesia dari ancaman perpecahan serta punya komitmen bersama untuk membawa negara ini menjadi negara besar yang dihormati dunia internasional, maka nama ibukota negara seyogianya dikembalikan kepada nama awalnya yaitu Jayakarta. Nama Jayakarta lebih tepat sebagai roh spirit Ke-Jaya-an Ibukota negara daripada nama Jakarta, sarannya.

Penyebab terakhir pecahnya Indonesia adalah gonjang ganjing pemilihan Presiden tahun 2014. Dia menyatakan dalam Pilpres 2009 bisa saja sejumlah tokoh yang kalah masih mampu mengendalikan diri tapi gejolak massa akar rumput yang berasal dari massa pendukung tidak mau menerima kekalahan jago pilihannya. Mereka lalu mempersiapkan diri untuk maju bertarung lagi pada Pilpres 2014. Pilpres 2014 adalah puncak ledakan dashyat gunung es yang benar-benar membahayakan integrasi Indonesia. Dari informasi yang saya peroleh di seluruh penjuru Tanah-Air, indikasi karena gengsi kalah bersaing dalam Pilpres Indonesia lantas mengambil keputusan radikal dengan mendeklarasikan negara baru bukanlah sekedar omong kosong tapi akan terbukti. Pergolakan alam negeri ini seperti gunung es yang tampak tenang di permukaan namun setiap saat pasti meletus dengan dashyat, katanya. Djuyoto Suntani menjelaskan, pada Pilpres 2014 bakal bermunculan figur dari berbagai daerah yang mulai berani bertarung memperebutkan kursi RI-1 untuk bersaing dengan tokoh nasional di Jakarta. Para tokoh daerah sudah dibekali modal setara dengan para tokoh nasional di Jakarta. Jika mereka kalah dalam Pilpres 2014, karena desakan massa pendukung, opsi lain adalah mendirikan negara baru, melepaskan diri dari Jakarta. Gonjang ganjing Indonesia sebagai bangsa akan mencapai titik didih terpanas pada Pilpres 2014. Jika kita tidak mampu mengendalikan keutuhan negeri ini, tahun 2015 Indonesia benar-benar pecah. Para Capres Indonesia 2014 yang gagal ramai-ramai akan pulang kampung untuk mendeklarasikan negara baru. Mereka merasa punya kemampuan, punya harga diri, punya uang, punya jaringan dan punya massa/rakyat pendukung. Perubahan dan pergolakan politik nasional pada tahun 2014 diperkirakan bisa lebih dashyat karena tidak ada lagi figur tokoh pemersatu yang dihormati dan diterima oleh seluruh bangsa, ujarnya. Agar Indonesia tidak pecah, dia menyerukan seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan bersatu. Dia berharap seluruh bangsa menyadari ancaman yang ada di depan mata dan kemudian saling bergandengan tangan bersatu untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa.

Buku itu ditulis sebagai peringatan dini, sebagai salah satu wujud untuk berupaya menyelamatkan Indonesia dari ancaman kehancuran.

Dengan adanya buku itu diharapkan semoga anak-anak bangsa mulai menyadari bahwa hantu Indonesia pecah sudah berada di depan mata. Kalau sudah paham, diharapkan mulai tumbuh kesadaran dari dalam hati lalu secara bersama-sama mengambil langkah untuk mencegah, dengan bersatu, GUYUB RUKUN,tidak HIDONISTIS, dan mengembalikan PANCASILA dengan BHINEKA TUNGGAL IKA, pasti kita bisa mempersatukan NUSANTARA lagi, Yang terpenting kita harus kembali menjadi TUAN RUMAH DI NEGERI KITA SENDIRI, Jangan mau di adu domba, ayo bangkit dari tidur panjang wahai anak Negeri, saya tunggu APA YANG HARUS KITA BERIKAN KEPADA NEGERI TERCINTA INI. Saya tunggu………

Minggu, 02 Agustus 2009

Sing Eling Lan Waspada

Menemukan kehidupan yang berjati diri melalui tulisan ini.
Eling Lan Waspada


Pancen wolak-waliking jaman
Amenangi jaman edan
Ora edan ora kumanan
Sing waras padha nggagas
Wong tani padha ditaleni
Wong dora padha ura-ura
Beja-bejane sing lali,
Isih beja kang eling lan waspadha

Terjemahannya:

Sungguh zaman gonjang-ganjing
Menyaksikan zaman gila
Tidak ikut gila tidak dapat bagian
Yang sehat pada olah pikir
Para petani dibelenggu
Para pembohong bersuka ria
Beruntunglah bagi yang lupa,
Masih beruntung yang ingat dan waspada
[Bait 142 Ramalan Jayabaya-Gita Nusantara]

Satu kawruh (pelajaran) yang saya dapat dari bait yang terkenal itu adalah eling lan waspada atau ingat dan waspada.
Kalau kita rasakan sejenak memang dunia ini semakin maju, modern, dan serba praktis. Saya sendiri ikut merasakan hasilnya. Dari komputer sampai handphone, dari alat rumah tangga sampai internet..hmm positif sekali..saya bersyukur sekali hidup di zaman ini…(.yg serba instant tapi kurang beradab, Aduh kok kejam ya???.:)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepatnya terus kita rasakan melalui celah-celah indra di raga kita setiap detik dan setiap hembusan nafas. Tapi sepertinya masih sebatas itu. Kemajuan yang ada tidak dibarengi dengan kemajuan moral dan spiritual yang memuaskan.

Negara Indonesia ini sedikit banyak masih diatur oleh dalil agama “import” dan bukannya kesadaran moral yang berkaitan dengan interaksi antar individu dalam satu Negara yang mempunyai Kearifan Lokal yang luar biasa hebatnya,, bangsa lain mengakui kenapa kita tdk bisa mengakui??? dan menerapkan dalam kehidupan sehari – hari??? Kalau sudah bulat tekad kita ayo bersama kita kembalikan Kejayaan Negeri Nusantara yang ber –BHINEKA TUNGGAL IKA..

Mental kita masih terjebak dalam mental hedonis dan konsumtif. Mall-mall semakin banyak. Dunia terus mengejar kepraktisan yang nantinya berujung pada kemalasan, ketumpulan, dan kelumpuhan spirit manusia dalam berkarya di dunia.
semakin lama semakin jarang orang yang tertarik pada sejarah bangsanya sendiri.. Semakin lama orang menjadi lupa akan nenek moyangnya sendiri.

Orang lebih memilih mendalami bahasa Inggris daripada bahasa jawa misalnya.’’’’ Wah..untuk yang ini saya kena nih’’’’..tapi prinsip saya adalah bener lan pener (benar dan tepat). Utamanya adalah lestarikanlah bahasa kebudayaanmu dan gunakanlah bahasa asing jika diperlukan. Jadi..dalamilah dua-duanya..fiuhh..he he..he. Kita bagaimana????????

Yang jelas mari kita kembangkan sikap Eling Lan Waspada. Selalu ingat pada Sang Pencipta( Gusti Ingkang Akarya Jagad) di manapun, kapanpun, bagaimana pun..Waspadalah akan kinerja kelima indramu, karena itulah pintu masuk ke dalam pikiran dan jiwamu. Saringlah berbagai informasi yang masuk agar kesucian singgasana Pencipta yang ada di dalam nuranimu tetap terjaga. Hiduplah dengan seimbang, sederhana, dan jangan berlebihan. Biasakanlah melihat dan menilai tidak hanya dari permukaannya saja namun lebih ke mencari tahu apa makna di balik yang terlihat.

Ngeli tur ora keli (ikut arus tapi tidak hanyut). Wah kalau ini saya agak bingung..namun akan saya temukan penjelasannya nanti..(sing penting di tulis dulu..hehe…….biar Leluhur tidak marah bahwa salah satu ana cucunya sudah mulai sadar dan bangun dari tidur).

Negeri kita ini sudah mendekati kehancuran, Pemimpin sudah tidak pantas lagi menjadi pemimpin, Semua sudah EDAN, Tida mau mengerti, Kepentingan sesaat yang di buru dan di kejar, Makanya untuk anak Negeri Nusantara ini bangkit dan Selalu bertanya pada dirimu sendiri apa maksud Tuhan menciptakanmu di dunia ini. Dari situ tentukanlah tujuan hidupmu…. Hiduplah sekarang dan di sini untuk menjadi tuan rumah di Negeri Anda sendiri dengan gagah, bangun dan tegakkan semuanya biar berada di REL yang sebenarnya……

BANGUNLAH ANAK NEGERI INI…………
DARI TIDUR PANJANGMU…………………
NEGERI INI MEMBUTUHKANMU…………
SINSINGKAN LENGAN BAJU………………
MENEGAKKAN KEMBALI PANCASILA….
BERBHINEKA TUNGGAL IKA……………..
JAYALAH NUSANTARA…………………….
M…E…R…D…E…K…A……………………….


Minggu, 26 Juli 2009

Surat dari seorang ibu

Surat dari seorang ibu

Saudara-saudaraku Sebangsa Setanah Air…………..

Negeri ini mulai guncang, Negeri ini mulai kehilangan keindahannya, Negeri NUSANTARA yang sama-sama kita cintai, Negeri tempat kita semua dilahirkan………
Negeri yang terkikis Budayanya, Negeri yang kehilangan Ramah Tamanya, Negeri yang mulai lenyap Budi Pekertinya, Negeri yang terampas Hartanya, Bahkan Kearifan lokalnya yang hilang atau di hilangkan oleh segelintir orang karena politik, yang lebih mengharukan lagi kita tinggal tunggu perpecahan besar karena HIDONISTIS yang sudah mendarah daging.

Berbuatlah sesuatu saudara-saudaraku…………
# JANGAN TANYAKAN APA YANG TELAH DIBERIKAN NEGARA INI UNTUK KITA???. Tapi …………..TANYAKAN DALAM LUBUK HATIMU YANG PALING DALAM., APA YANG TELAH KITA BERIKAN BAGI NEGARA INI??? #
Bangunlah………………
Bangkitlah………………
Tegakkanlah……………..dan jangan tidur lagi.!

Untuk kita ketahui saudara-saudaraku Sebangsa Setanah Air….
Nama Indonesia tidak menjadikan kita menjadi bangsa yang benar-benar terbebas dari belenggu penjajahan.
Mengutip buku TAHUN 2015 INDONESIA PECAH karangan DJUYOTOSUNTANI, Sungguh mencengangkan Indonesia mempunyai arti: In-Corporate Do/e-Netherland IN-Asia yang arti bebasnya “Perusahaan Belanda yang berada di Asia”
Lihatlah saudara-saudaraku buka mata lebar-lebar ketika membaca ini , Sadarlah !!! Kita masih di jajah……..! Makanya bagaimana caranya kita menjadi tuan rumah di negeri Nusantara yang tercinta ini.

Kembalikan dalam dalam Darahmu, Nadimu, Bahkan Nafasmu juga ucapanmu untuk mengembalikan sebutan Nusantara!!! Untuk negeri tercinta ini. Nama yang membawa bangsa ini menjadi besar, Bangsa dan Negeri yang GEMAH RIPAH LOH JINAWI TOTO TENTREM KERTO RAHARJO…………….
Bantulah Pemimpin-pemimpin kita, Bantulah siapapun pemimpin yang terpilih, jangan lagi kita berDEMO dan bertindak Anarki…!
Jangan lagi kita bertikai, Jangan lagi kita saling menyakiti,Gunakanlah Akal sehatmu??? Saudaraku………….

“BUMI PERTIWI MENANGIS …Saudaraku……….?”

Bersatulah………, Bersatulah………….,Saling bergenggaman tangan kita satukan lagi NUSANTARA., Negeri tercinta ini
Alirkan NUSANTARA di Darahmu…………Alirkan dalam Darah dan Nadimu wahai anak Negeri…………..

SATUKAN TEKADMU
TEGAKKAN NEGERI NUSANTARA
JAYALAH NUSANTARA
CINTAKU……………………
UNTUKMU…………………..
NEGERIKU…………………
NUSANTARA JAYA

Puisi Nusantara Negeriku

*8* BANGUNLAH NUSANTARAKU *8*

Apakah kita semua lupa?
Apakah kita semua lalai?
Apakah memang kita semua tidak mau tahu?
Ketika ekonomi dan politik menjadi Dewa-Dewa yang kita sembah,
Ketika intelektualitas dan logika menjadi sesembahan kita,
Ketika kehidupan hedonistis menjadi berhala kita,
Bahkan, ketika agama dan syari’at pun kita jadikan Tuhan,
Nampaknya,
Kita semua lupa,
Kita semua lalai,
Atau bahkan sebenarnya kita semua bermuka dua,
Diam-diam…,
Penduaan tersebut telah membius diri,
Kelalaian,Kesesatan telah merasuk dalam darah,
Pantas…
Jika Tuhan menurunkan azab-Nya,
Sangat pantas…
Jika Tuhan dengan kasih-Nya memberikan pelajaran,
” Dengan segala keagungan beliau beserta ciptaan-NYA kita kembalikan semua ke hadapan-NYA. Baik yang kasat maupun tidak kasat dengan Legowo”
Patut kita akui,
Nyatanya kita memang terlupa,
Hanya Kelanggengan menjadi tujuan kita,
Hanya Keberuntungan menjadi dambaan kita,
Nyatanya kita memang terlupa,
Sesungguhnya Tuhanlah pencipta Kelanggengan dan Keberuntungan, Semestinya…………
”Kesempurnaan dan Kelanggengan adalah tujuanku dan Izin Dari Pencipta yang kucari,”
Semestinya…,
Dengan Alam dan dunia kita mengenal jalan menuju Kelanggengan dan Kesempurnaan
Dengan Sukma, kita mengenal Jiwa,
Dengan Jiwa, kita mengenal Raga kita, Dengan Raga, kita mengenal Dunia,
Semestinya…,

Saudara 4 kita dan 5 Pancer kita bukan sarana menghakimi sesama,
“Tetapi sebagai sarana untuk mencapai Kelanggengan dan Kesempurnaan
Nampaknya,
Kita tidak mau tahu akan ayat-ayat-Nya,
Kita tidak mau membaca tanda-tanda-Nya,
Kita tahu.., tapi sengaja berselingkuh,
Apakah kita tahu?
Ketika Adam Air jatuh dan raib,
Itulah tandanya bahwa hati dan bathin kita sirna,
Apakah kita tahu?
Ketika Senopati Nusantara tenggelam tak berbekas,
Itulah tandanya bahwa musnahnya jiwa kepemimpinan nusantara,
Apakah kita tahu?
Ketika Garuda jatuh terbakar,
Itulah tandanya bahwa Pancasila telah tumbang di negeri ini,
Apakah kita tahu?
Ketika bencana bersahutan menerpa bumi ini,
Itulah tandanya bahwa pasukan sapu jagad tengah bersiap - siap,
Melibas orang-orang ingkar dan Bermuka dua,
Apakah kita tahu?
Ketika semburan lumpur Porong tak jua usai,
Itulah tandanya bahwa “seseorang” tengah dinanti,
Seorang pilihan Alam dan Tuhan ,
Sang Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu,
Siapa lagi kalau bukan Sang Pamomong Nuswantoro,
Telah terlihat Parikesit dibawah asuhan Abiyasa,
Tak lama lagi,

Akan datang Gajah Mada muda,
Dengan ruh Bhinneka Tunggal Ika,
Kokoh berpijak laksana Garuda Kencana,
Dengan menghunus Naga Runting,
Kembali bersumpah, mengucap Hamukti Palapa,
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa,”
Berdua datang bak Merah dan Putih berkibar,
Itulah Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Jayalah Negeriku,
Tegaklah Garudaku,
Jayalah Nusantaraku…

#KI Robi Suryoatmojo#

Kamis, 23 Juli 2009

Garuda dan Naga

Garuda adalah simbol bangsa Indonesia dan Naga adalah simbol bangsa Cina. Mitos ini sekedar kisah imajinatif yang dapat menghibur anda, selamat membaca...
Dikisahkan, pada suatu hari Sang Winata dan Sang Kadru, istri Bagawan Kasyapa, mendengar kabar tentang keberadaan seekor kuda bernama Uccaihsrawa, hasil pemutaran Gunung Mandara atau Mandaragiri. Sang Winata mengatakan bahwa warna kuda tersebut putih semua, sedangkan Sang Kadru mengatakan bahwa tubuh kuda tersebut berwarna putih sedangkan ekornya saja yang hitam. Karena berbeda pendapat, mereka berdua bertaruh, siapa yang tebakannya salah akan menjadi budak. Mereka berencana untuk menyaksikan warna kuda itu besok sekaligus menentukan siapa yang salah.
Sang Kadru menceritakan masalah taruhan tersebut kepada anak-anaknya. Anak-anaknya mengatakan bahwa ibunya sudah tentu akan kalah, karena warna kuda tersebut putih belaka. Sang Kadru pun cemas karena merasa kalah taruhan, maka dari itu ia mengutus anak-anaknya untuk memercikkan bisa ke ekor kuda tersebut supaya warnanya menjadi hitam. Anak-anaknya menolak untuk melaksanakannya karena merasa perbuatan tersebut tidak pantas. Sang Kadru yang marah mengutuk anak-anaknya supaya mati ditelan api pada saat upacara pengorbanan ular yang diselenggarakan Raja Janamejaya. Mau tak mau, akhirnya anak-anaknya melaksanakan perintah ibunya. Mereka pun memercikkan bisa ular ke ekor kuda Uccaihsrawa sehingga warnanya yang putih kemudian menjadi hitam. Akhirnya Sang Kadru memenangkan taruhan sehingga Sang Winata harus menjadi budaknya.

Sementara itu, telur yang diasuh Sang Winata menetas lalu munculah burung gagah perkasa yang kemudian diberi nama Garuda. Sang Garuda mencari-cari kemana ibunya. Pada akhirnya ia mendapati ibunya diperbudak Sang Kadru untuk mengasuh para naga. Sang Garuda membantu ibunya mengasuh para naga, namun para naga sangat lincah berlari kesana-kemari. Sang Garuda kepayahan, lalu menanyakan para naga, apa yang bisa dilakukan untuk menebus perbudakan ibunya. Para naga menjawab, kalau Sang Garuda mampu membawa tirta amerta ke hadapan para naga, maka ibunya akan dibebaskan. Sang Garuda menyanggupi permohonan tersebut.

Singkat cerita, Sang Garuda berhasil menghadapi berbagai rintangan dan sampai di tempat tirta amerta. Pada saat Sang Garuda ingin mengambil tirta tersebut, Dewa Wisnu datang dan bersabda, "Sang Garuda, jika engkau ingin mendapatkan tirta tersebut, mintalah kepadaku, nanti pasti aku berikan". Sang Garuda menjawab, "Tidak selayaknya jika saya meminta kepada anda sebab anda lebih sakti daripada saya. Karena tirta amerta anda tidak mengenal tua dan mati, sedangkan saya tidak. Untuk itu, berikanlah kepada saya anugerah yang lain". Dewa Wisnu berkata, "Jika demikian, aku memintamu untuk menjadi kendaraanku, sekaligus menjadi lambang panji-panjiku". Sang Garuda setuju dengan permohonan tersebut sehingga akhirnya menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Kemudian Sang Garuda terbang membawa tirta, namun Dewa Indra tidak setuju kalau tirta tersebut diberikan kepada para naga. Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut akan diberikan kalau para naga sudah selesai mandi.

Sampailah Sang Garuda ke tempat tinggal para naga. Para naga girang ingin segera meminum amerta, namun Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut boleh diminum jika para naga mandi terlebih dahulu. Para naga pun mandi sesuai dengan syarat yang diberikan, tetapi setelah selesai mandi, tirta amerta sudah tidak ada lagi karena dibawa kabur oleh Dewa Indra. Para naga kecewa dan hanya mendapati beberapa percikan tirta amerta tertinggal pada daun ilalang. Para naga pun menjilati daun tersebut sehingga lidahnya tersayat dan terbelah. Daun ilalang pun menjadi suci karena mendapat tirta amerta. Sementara itu Sang Garuda terbang ke surga karena merasa sudah menebus perbudakan ibunya.

Sebuah cerita yang perlu perenungan dan kita jadikan sebagai tauladan kita jangan sampai kita semua ini menjadi manusia yang biadab dan tdk mempunyai rasa manusiawi dan sebagai ciptaan yang beradab kita harus bias membedakan baik dan buruk siang dan malam, pagi dan sore juga kita bisa menjaga keseimbangan alam, dunia, dan semuanya dari semua yang tdk adil dan tidak seimbang.

Senin, 13 Juli 2009

“Aktualisasi Realita Kebangkitan Negeri Nusantara”

Kumpulan tulisan kami yang semula dalam angan-angan dan Cuma wacana di keluarga , teman – teman yang merasa kita ini sudah terpuruk dan di ambang kehancuran besar dalam decade ini yang akan membuat masyarakat kecil, rakyat pinggiran yang selama ini NERIMO ING PANDUM. Menjadi pertanyaan besaaar… Apakah terus begini bangsa ini???????? Tanpa mengadakan perubahan yang berarti. Yang ada Cuma slogan dan janji belaka, yang katanya mengadakan perubahan tapi tetap jalan di tempat seperti mau gerak jalan pada waktu 1tahun sekali ,,,,,….! Cuma debu yang kita dapatkan bukan perjalanan yang berarti.
Kami percaya semua yang berjalan saat ini Cuma siklus pengulangan sejarah menuju negeri idaman yang “TOTO TENTREM KERTORAHARJO & GUYUB RUKUN AGAWE SANTOSA” Tapi kapaaaaaaaann. ????? Kalau jiwa –jiwa kita semua tidak bias menjaga keseimbangan Alam yang ada hanya Kekuasaan, Keangkaramurkaan, Menangnya sendiri kalau tidak kelompoknya salah dan jelek semua???? Apakah ini yang namanya manusia beradab??? Atau hewan yang menyerupai manusia??? Untuk itu yang tahu diri kita sendiri. Kita ini yang mana????? Para pembaca blog ini sudah saatnyalah kita ini bersama – sama mengubah pola piker kita, apa yang salah dalam diri ,keluarga, teman-teman bahkan negeri kita yang membutuhkan local-lokal genius dan kebersamaan untuk membangun negeri Nusantara tercinta ini menjadi Mercusuar Dunia jangan mau kita di jajah lagi , di adu domba oleh piha-pihak yang tidak mau Nusantara BANGKIT.
Dengan kekuatan yang luar biasa nantinya makanya kita satukan Tujuan , Haluan, untuk kembali jadi TUAN RUMAH DI NEGERI NUSANTARA INI.Untuk itu kita harus kembali Kesejarah peradaban kita saat jaya dan disegani kawan maupun lawan, itu karena apa???????????? Karena luluhur kita selalu mentaati aturan main dari leluhur dan tidak melupakan Adat, Budaya, dan Kearifan local kita.
Tapi beda dengan kita sekarang merasa pandai, pintar, bahkan genius. Melupakan semuanya sehingga kita tidak di Restui Alam Bahkan Tuhan kita sampai kita dalam keterpurukan yang sangat hebat.Kita tengok kebelakang sedikit kita pernah berdaulat di Kerajaan Sriwijaya dan luar biasa gaungnya, Bahkan yang maha Dasyat kita pernah berdaulat di Kerajaan Mojopahit, dan kini di NKRI yang menurut beberapa ramalan leluhur kita juga orang-orang genius akan mengalami kehancuran. Apakah kita ini dia begitu saja???
Tidak kita bertindak dengan cermat untuk mensikapi ini kita satukan tekad bahwa kita menjadi Mercusuar Dunia dengan konsep PANCASILA DAN BHNEKA TUNGGAL IKA yang sudah di plokamirkan oleh leluhur kita, tinggalan ini kita budayakan dan kita jalan kan. Ingat salah satu pidato Presiden pertama kita pada saat lahirnya PANCASILA 1 juni 1945 yang berbunyi “Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara – saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia merdeka berasaskan KeTuhanan Yang Maha Esa” ini yang kita lupakan para peminat blog ini kita Cuma mengkultuskan kalau tidak punya kita tidak benar. Ini adalah salah satu pemicu padahal lebih bijak kalau kita menghargai satu sama lain dan hidup Rukun?? Kenapa kita tidak bias????????????? Karana kita melupakan konsep leluhur dan BHINEKA TUNGGAL IKA. YANG ADA BEN IKO MELOK IKO BEN IKI MELOK IKI Kata sebagian orang jawa.
Untuk itu ayo kita berubah bersama dan melalui blog ini kita merubah pola pikir kita untuk merubah kebiasaan jelek menjadi baik, dan kita jadikan blog ini semacam semangat baru untuk menyelesaikan teka teki kihidupan kita ini baik sendiri, keluarga, teman, dan Negeri kita tercinta ini. Kami tunggu saran, kritik, yang membangun dan bagaiman solusi bersama untuk menuju Kejayaan kita kembali. Merdeka Merdeka sekali Merdeka tetap Merdeka Jangan kita mau di manfaatkan oleh kepentingan dan Politik sesaat. Kami tunggu...

Kamis, 09 Juli 2009

Kebangkitan Nusantara I

Jawa adalah pusat politik di negeri nusantara dan kampong halaman kelompok etnis paling besar dan paling sophisticated di antara penduduk nusantara yang amat beraneka. Secara etnis jawa merupakan mayoritas negeri nusantara, namun diantara mereka sendiri secara religius ada keanekaragaman bahkan budaya.
Dengan catatan kecil ini kami mencoba untuk membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang terlelap dengan tidur panjangnya dan mulai kembali peradaban ini dengan kita karena semua orang sudah meninggalkan kita sudah lama bahkan ratusan tahun, sehingga terjadi gombalisasi global dan terjadi saling serang, saling hina, tidak mau guyub rukun lagi. Karena itulah semua sudah meninggalkan adat.
Padahal suatu bangsa / Negara itu adalah pamor dan merupakan kepribadian bagi suatu bangsa dan Negara itu sendiri yang semestinya dimiliki oleh setiap pribadi yang merasa memiliki negeri itu. Tapi saat ini semua yang ada di negeri nusantara ini memusuhi nya sendiri. Itu sebuah kesalahan besar karena memusuhi adat adalah kehancuran sebuah negeri / bangsa.
Adat juga adlah tuan rumah bagi sebuah peradaban suku atau negeri sendiri. Untuk itu mari bersama kami untuk kembali kepada aturan nusantara yang sudah lama kita tinggalkan, guna untuk mengatur kembali negeri yang diancam perpecahan yang sangat hebat ini.
Ayo saudaraku semua untuk menjalankan adat kita ini supaya kita terselamatkan dari kehancuran hebat dari bangsa ini. Untuk itu saya tunggu komentar dan saran-saran dari pembaca blog ini sehingga kita dapat menemukan solusi bagaimana mempersatukan kembali negeri nusantara yang pernah disegani oleh kawan / lawan kita. Di blog ini kami juga akan berusaha membuka dan membangun kembali dan orang-orangnya serta mengajak menagih untuk mereka-mereka yang telah terlalu lama memerintah tuan rumah ini.

Ingat 5 filosofi ini agar semua ingat dan menjalankannnya dengan menjalankan ini semua.

  1. Peradaban ini dimulai dari adat
  2. Memusuhi adat sendiri adalah awal memusuhi Bangsa dan Negeri sendiri
  3. Adat adalah tuan runah bagi sebuah peradaban suku atau bangsa dan Negara
  4. Adat adalah pamor dan kepribadian bagi suatu bangsa dan Negara itu sendiri yang semestinya dimiliki oleh setiap pribadi yang merasa menjadi tuan rumah
  5. Adat ini hanya untuk yang membutuhkan pengetahuan adat saja

Sabtu, 04 Juli 2009

Membangun Kembali Negeri Nusantara

Berawal dari keperihatinan kami yang melihat pada akhir-akhir ini perubahan dari alam, pemerintahan, dan seluruh masyarakat yang kategori hidup di negeri nusantara melupakan semua adat, budaya, bahkan kearifan lokal kita yang hampir hilang dikikis oleh perkembangan zaman dan gombalisasi global.

Untuk itu melalui blog ini kami membangunkan kembali jiwa-jiwa nusantara yang terlelap di tidur panjang untuk secepatnya bangun guna membangun kembali negeri nusantara tercinta ini dengan segenap jiwa raga juga dunia tanpa mengharapkan sesuatu apapun kecuali kembalinya negeri nusantara tercinta ini.

Mari bersama kami bangun dari tidur panjang kita selama lebih kurang 500 tahun dan kembali menjadi negeri yang gemah ripa loh jinawi tata tentram kertaraharja dengan semboyan orang jawa "OJO DUMEH, OJO GUMUN, OJO KAGETAN" dan "GUYUB RUKUN AGAWE SANTOSA"

Kami tunggu sumbangsih anda semua yang merasa kehilangan dan tidak lagi menjadi tuan rumah di negeri nusantara tercinta ini.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com