*8* BANGUNLAH NUSANTARAKU *8*
Apakah kita semua lupa?
Apakah kita semua lalai?
Apakah memang kita semua tidak mau tahu?
Ketika ekonomi dan politik menjadi Dewa-Dewa yang kita sembah,
Ketika intelektualitas dan logika menjadi sesembahan kita,
Ketika kehidupan hedonistis menjadi berhala kita,
Bahkan, ketika agama dan syari’at pun kita jadikan Tuhan,
Nampaknya,
Kita semua lupa,
Kita semua lalai,
Atau bahkan sebenarnya kita semua bermuka dua,
Diam-diam…,
Penduaan tersebut telah membius diri,
Kelalaian,Kesesatan telah merasuk dalam darah,
Pantas…
Jika Tuhan menurunkan azab-Nya,
Sangat pantas…
Jika Tuhan dengan kasih-Nya memberikan pelajaran,
” Dengan segala keagungan beliau beserta ciptaan-NYA kita kembalikan semua ke hadapan-NYA. Baik yang kasat maupun tidak kasat dengan Legowo”
Patut kita akui,
Nyatanya kita memang terlupa,
Hanya Kelanggengan menjadi tujuan kita,
Hanya Keberuntungan menjadi dambaan kita,
Nyatanya kita memang terlupa,
Sesungguhnya Tuhanlah pencipta Kelanggengan dan Keberuntungan, Semestinya…………
”Kesempurnaan dan Kelanggengan adalah tujuanku dan Izin Dari Pencipta yang kucari,”
Semestinya…,
Dengan Alam dan dunia kita mengenal jalan menuju Kelanggengan dan Kesempurnaan
Dengan Sukma, kita mengenal Jiwa,
Dengan Jiwa, kita mengenal Raga kita, Dengan Raga, kita mengenal Dunia,
Semestinya…,
Saudara 4 kita dan 5 Pancer kita bukan sarana menghakimi sesama,
“Tetapi sebagai sarana untuk mencapai Kelanggengan dan Kesempurnaan
Nampaknya,
Kita tidak mau tahu akan ayat-ayat-Nya,
Kita tidak mau membaca tanda-tanda-Nya,
Kita tahu.., tapi sengaja berselingkuh,
Apakah kita tahu?
Ketika Adam Air jatuh dan raib,
Itulah tandanya bahwa hati dan bathin kita sirna,
Apakah kita tahu?
Ketika Senopati Nusantara tenggelam tak berbekas,
Itulah tandanya bahwa musnahnya jiwa kepemimpinan nusantara,
Apakah kita tahu?
Ketika Garuda jatuh terbakar,
Itulah tandanya bahwa Pancasila telah tumbang di negeri ini,
Apakah kita tahu?
Ketika bencana bersahutan menerpa bumi ini,
Itulah tandanya bahwa pasukan sapu jagad tengah bersiap - siap,
Melibas orang-orang ingkar dan Bermuka dua,
Apakah kita tahu?
Ketika semburan lumpur Porong tak jua usai,
Itulah tandanya bahwa “seseorang” tengah dinanti,
Seorang pilihan Alam dan Tuhan ,
Sang Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu,
Siapa lagi kalau bukan Sang Pamomong Nuswantoro,
Telah terlihat Parikesit dibawah asuhan Abiyasa,
Tak lama lagi,
Akan datang Gajah Mada muda,
Dengan ruh Bhinneka Tunggal Ika,
Kokoh berpijak laksana Garuda Kencana,
Dengan menghunus Naga Runting,
Kembali bersumpah, mengucap Hamukti Palapa,
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa,”
Berdua datang bak Merah dan Putih berkibar,
Itulah Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Jayalah Negeriku,
Tegaklah Garudaku,
Jayalah Nusantaraku…
#KI Robi Suryoatmojo#
Apakah kita semua lupa?
Apakah kita semua lalai?
Apakah memang kita semua tidak mau tahu?
Ketika ekonomi dan politik menjadi Dewa-Dewa yang kita sembah,
Ketika intelektualitas dan logika menjadi sesembahan kita,
Ketika kehidupan hedonistis menjadi berhala kita,
Bahkan, ketika agama dan syari’at pun kita jadikan Tuhan,
Nampaknya,
Kita semua lupa,
Kita semua lalai,
Atau bahkan sebenarnya kita semua bermuka dua,
Diam-diam…,
Penduaan tersebut telah membius diri,
Kelalaian,Kesesatan telah merasuk dalam darah,
Pantas…
Jika Tuhan menurunkan azab-Nya,
Sangat pantas…
Jika Tuhan dengan kasih-Nya memberikan pelajaran,
” Dengan segala keagungan beliau beserta ciptaan-NYA kita kembalikan semua ke hadapan-NYA. Baik yang kasat maupun tidak kasat dengan Legowo”
Patut kita akui,
Nyatanya kita memang terlupa,
Hanya Kelanggengan menjadi tujuan kita,
Hanya Keberuntungan menjadi dambaan kita,
Nyatanya kita memang terlupa,
Sesungguhnya Tuhanlah pencipta Kelanggengan dan Keberuntungan, Semestinya…………
”Kesempurnaan dan Kelanggengan adalah tujuanku dan Izin Dari Pencipta yang kucari,”
Semestinya…,
Dengan Alam dan dunia kita mengenal jalan menuju Kelanggengan dan Kesempurnaan
Dengan Sukma, kita mengenal Jiwa,
Dengan Jiwa, kita mengenal Raga kita, Dengan Raga, kita mengenal Dunia,
Semestinya…,
Saudara 4 kita dan 5 Pancer kita bukan sarana menghakimi sesama,
“Tetapi sebagai sarana untuk mencapai Kelanggengan dan Kesempurnaan
Nampaknya,
Kita tidak mau tahu akan ayat-ayat-Nya,
Kita tidak mau membaca tanda-tanda-Nya,
Kita tahu.., tapi sengaja berselingkuh,
Apakah kita tahu?
Ketika Adam Air jatuh dan raib,
Itulah tandanya bahwa hati dan bathin kita sirna,
Apakah kita tahu?
Ketika Senopati Nusantara tenggelam tak berbekas,
Itulah tandanya bahwa musnahnya jiwa kepemimpinan nusantara,
Apakah kita tahu?
Ketika Garuda jatuh terbakar,
Itulah tandanya bahwa Pancasila telah tumbang di negeri ini,
Apakah kita tahu?
Ketika bencana bersahutan menerpa bumi ini,
Itulah tandanya bahwa pasukan sapu jagad tengah bersiap - siap,
Melibas orang-orang ingkar dan Bermuka dua,
Apakah kita tahu?
Ketika semburan lumpur Porong tak jua usai,
Itulah tandanya bahwa “seseorang” tengah dinanti,
Seorang pilihan Alam dan Tuhan ,
Sang Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu,
Siapa lagi kalau bukan Sang Pamomong Nuswantoro,
Telah terlihat Parikesit dibawah asuhan Abiyasa,
Tak lama lagi,
Akan datang Gajah Mada muda,
Dengan ruh Bhinneka Tunggal Ika,
Kokoh berpijak laksana Garuda Kencana,
Dengan menghunus Naga Runting,
Kembali bersumpah, mengucap Hamukti Palapa,
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa,”
Berdua datang bak Merah dan Putih berkibar,
Itulah Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Jayalah Negeriku,
Tegaklah Garudaku,
Jayalah Nusantaraku…
#KI Robi Suryoatmojo#